Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Februari 2011

HIRSUTISME

1. Pendahuluan

Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita telah menjadi perhatian para klinisi sejak lama. Beberapa istilah digunakan untuk menjelaskan kelainan tersebut. Hirsutisme digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan rambut yang berlebihan pada tempat-tempat yang sebenarnya tidak normal pada wanita, seperti pada wajah, dada atau perut. Sedangkan hipertrikosis merupakan pertumbuhan rambut yang berlebihan pada tempat-tempat yang memang biasanya ada pada wanita. Virilisasi adalah hirsutisme yang disertai tanda-tanda adanya kelebihan androgen seperti akne, suara membesar, buah dada mengecil, hipertropi klitoris, pembesaran otot dan amenorea atau oligomenorea.

2. Definisi

Hirsutisme adalah pembentukan badan rambut terminal yang tergantung androgen pada wanita dimana rambut terminal ini pada keadaan normal tidak didapatkan. Tipe rambut terminal pada pria didapatkan pada wajah, perut dan punggung dan tidak normal bila didapatkan pada wanita. Definisi ini tergantung pada etnis, dan persepsi yang berlaku umum pada masyarakat tertentu.

3. Biologi Pertumbuhan Rambut

A. Embriologi

Masing-masing folikel rambut muncul pada sekitar minggu ke-8 hingga ke-10 kehamilan sebagai turunan dari epidermis. Awalnya tersusun oleh kolom-kolom sel yang padat yang berproliferasi dari lapisan basal epidermis dan menonjol ke bawah ke dalam dermis. Ketika kolom ini memanjang, ia menjumpai sekelompok sel mesodermal (papilla dermis) yang diselubunginya pada ujung bulbusnya (bulbus). Kolom epitel yang padat ini lalu mencekung ke luar untuk membentuk saluran rambut, dan apparatus pilosebaseus (folikel rambut, kelenjar sebasea, dan otot-otot erektor pili) terbentuk. Warna rambut ditentukan oleh pigmen yang diproduksi oleh melanosit dalam bulbus.

Pertumbuhan rambut dimulai dengan proliferasi sel-sel epitel pada dasar kolom yang berhubungan dengan papilla dermis. Rambut lanugo yang menyelimuti janin berpigmen terang, diameternya tipis, pendek, dan perlekatannya rapuh. Perlu untuk diperhatikan adalah fakta bahwa pertumbuhan folikel rambut yang lengkap selesai pada awal tahap kehamilan (pada minggu ke-22) dan tak ada folikel rambut yang baru yang akan dibentuk dalam kandungan.

Konsentrasi folikel rambut yang terletak per unit daerah kulit wajah tak berbeda antar jenis kelamin, namun memang berbeda antar kelompok etnis dan ras (kulit putih > Asia; Mediterania > Nordik). Selain itu, perbedaan pertumbuhan rambut antar ras kemungkinan mencerminkan perbedaan aktivitas 5α-reduktase pada folikel rambut (produksi dari androgen aktif, dihidrotestosteron). Pola pertumbuhan rambut telah ditentukan sebelumnya secara genetis.

B. Struktur rambut

Siklus pertumbuhan rambut terdiri dari 3 fase, yaitu fase anagen, katagen dan telogen. Fase anagen adalah fase pertumbuhan, 85-90% siklus pertumbuhan rambut berada pada fase ini. Katagen adalah fase involusi dan telogen adalah fase terakhir dari siklus. Kedua fase yang terakhir ini merupakan 10-15% siklus pertumbuhan rambut. Fase yang paling terpengaruh oleh kelaianan yang ada adalah fase anagen, misalnya pada penggunaan obat-obat tertentu.

Berdasarkan tipe rambut , dikenal 3 tipe rambut, yaitu lanugo, vellus dan terminal. Lanugo merupakan rambut yang terdapat pada bayi baru lahir, vellus terdapat pada badan orang dewasa. Sedangkan terminal adalah rambut yang ada pada kepala dan pubis. Ketebalan dan tebalnya rambut terminal bervariasi pada beberapa individu tergantung genetik dan faktor-faktor nutrisi.

Pertumbuhan rambut dipengaruhi oleh faktor hormonal yang mempengaruhi pertumbuhan rambut yaitu:

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, antara lain, suhu kulit dan aliran darah. Pertumbuhan rambut lebih cepat pada musim panas dibandingkan musim dingin.

Hanya tempat-tempat tertentu pada tubuh yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen. Tempat-tempat tersebut yaitu, wajah, leher, dada, perut, ketiak, lengan, tungkai dan pubis. Sebagian dari kepala termasuk androgen sensitif. Metabolisme androgen dalam unit pilosebaceus, melibatkan interaksi testosteron dengan reseptor androgen, dimana terjadi konversi testosteron menjadi dihidrotestosteron yang lebih poten oleh enzym 5α reduktase. Stimulasi pilosebacea oleh androgen pada tempat-tempat tersebut menyebabkan konversi vellus menjadi terminal. Sedangkan rambut pada tangan dipengaruhi oleh mekanisme androgenik ini.

4. Biosintesis Androgen

Androgen dan prekursornya diproduksi di kelenjar adrenal dan ovarium, diatur oleh luteinizing hormon (LH), dan adrenokortikotropik hormon (ACTH). Biosintesis dimulai dengan konversi kolesterol menjadi pregnenolon oleh enzim-enzim. Kemudian pregnenolon mengalami 2 tahap konversi menjadi 17-ketosteroid dehidroepiandrosteron (DHEA). Konversi ini terjadi melalui sitikrom P450 c17, yaitu suatu enzim dengan aktivitas 17α-hidroksidase dan 17-20 lyase. Secara bersamaan progesteron mengalami transformasi menjadi adrostenedion, melalui δ-5 isomerase 3β hidroksi steroid dehidrogenase (3β-HSD).

Sekresi 17-ketosteroid adrenal dimulai pada prepubertas (adrenarche) dimana terjadi perubahan dramatis dari respon kortek adrenal terhadap ACTH, dengan mensekresikan δ-5 steroid termasuk 17 hidroksi pregnenolon, DHEA dan dehidroepiandrosteron (DHEAS). Perubahan tersebut berkaitan dengan peningkatan zona retikularis dan peningkatan aktivitas enzim 17-hidroksilase dan 17-20 lyase.

Testosteron merupakan androgen sirkulasi yang paling penting. Hampir separuh testosteron serum wanita dibentuk dari konversi androstenedion dan separuhnya lagi dari sekresi kelenjer. Ovarium dan kelenjer adrenal menghasilkan testosteron pada wanita dalam jumlah yang hampir sama. Testosteron sirkulasi sekitar 85% terikat pada seks hormon binding globulin (SHBG) yang dianggap secara biologik tidak aktif, sehingga suatu peningkatan konsentrasi testosteron total yang tidak berikatan dengan SHBG, akan berikatan dengan albumin (10-15%). Sejumlah kecil (1-2%) testosteron yang benar-benar bebas. Jumlah testosteron bebas tergantung pada konsentrasi SHBG, yang meningkat pada peningkatan konsentrasi estrogen seperti pada kehamilan dan fase luteal, selama terapi estrogen (termasuk kontrasepsi oral), pada peningkatan konsentrasi hormon tiroid, sirosis hepatis. Konsentrasi SHBG menurun pada pemberian obat-obat androgenik (progestatinal agent, danazol), kelainan-kelainan androgenik (PCOS, Cushing’s sydrome), glukokortikoid, growth hormone, prolaktin, insulin dan obesitas. Untuk menimbulkan efek biologis pada jaringan target, testosteron harus dirubah menjadi suatu bentuk metabolit aktif dihidrotestosteron oleh reduktase.


5. Etiologi Hirsutisme

Beberapa penyebab pertumbuhan rambut yang berlebihan dibuat dalam sistim klasifikasi yang sederhana dan logis, seperti di bawah ini:

  1. Kelebihan produksi androgen dan konsentrasinya dalam sirkulasi

Kelebihan produksi androgen merupakan faktor yang paling sering menyebabkan hirsutisme. Sumber androgen bisa eksogen maupun endogen, tapi yang paling banyak adalah endogen. Sumber endogen utama adalah glandula adrenal dan ovarium.

Kelebihan androgen adrenal mungkin berhubungan dengan defisiensi enzym sintesis steroid, proses neoplasma ganas adrenal, ataupun keadaan-keadaan lain seperti Cushing’s sindrome. Ada 3 defisiensi enzym steroid adrenal yang telah diketahui yang berhubungan dengan hirsutisme, yaitu:

Dari ketiganya yang paling sering adalah defisiensi 21α-hidroksilase, dengan prevalensi 1-10% diantara wanita-wanita dengan hirsutisme. Penyebab kelebihan androgen yang paling sering adalah kelainan ovarium, yaitu sindrom polikistik ovarium (PCO)

  1. Kelebihan relatif androgen dan seks hormon binding globulin

Dalam keadaan normal kurang dari 3% testosteron sirkulasi dalam bentuk bebas dalam serum. Sebagian besar androgen sirkulasi dalam bentuk terikat dengan seks hormon binding globulin (SHBG). Setiap keadaan yang mempengaruhi konsentrasi SHBG dapat menyebabkan kelebihan relatif androgen sirkulasi. Beberapa kondisi yang menurunkan SHBG telah diketahui, termasuk sindroma PCO dan obesitas, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi SHBG ataupun kekuatan ikatannya, yaitu penggunaan obat-obat tertentu.

  1. Kelainan responsivitas terhadap androgen yang meningkat.

Bila androgen sampai ke target sel, akan berinteraksi dengan reseptor androgen, yang dikendalikan oleh suatu gen pada kromosom X. Testosteron dirubah menjadi dihydrotestosteron suatu androgen yang lebih kuat dengan bantuan enzym 5α-reduktase. Meningkatnya aktivitas enzym 5α-reduktase menyebabkan terjadinya hirsutisme.

  1. Kelainan persepsi dan image penderita

Hirsutisme merupakan keadaan yang bersifat subyektif, walaupun adanya ambang batas tertentu secara semi obyektif dengan sistem skala skoring. Skala semiobyektif merupakan skor dari beberapa tempat, seperti wajah, dada dan perineum, dimana penderita lebih mengetahui daerah tersebut, serta keadaan rambut yang sangat berbeda pada masing-masing daerah tersebut.

Pada umur belasan tahun timbulnya akne dan hirsutisme dapat menyebabkan perasaan stress, sehingga dalam pengobatannya para klinisi harus memikirkan keadaan tersebut. Hal yang harus dijelaskan kepada penderita yang mengeluhkan pertumbuhan rambut yang berlebiahan pada daerah-daerah non androgen dependen seperti pada lengan dan tungkai bawah, yaitu pertumbuhan rambut di daerah tersebut bersifat genetik dan tidak tergantung pada androgen, sehingga tidak perlu penanganan khusus pada keadaan seperti itu.

Hirsutism dapat berasal dari penggunaan agen farmakologi eksogen termasuk danazol (Danocrine), anabolic steroid, dan testosterone. Konstrasepsi oral (OC) yang mengandung levonorgestrel, norethindrone, dan norgestrel cenderung memiliki efek androgenik yang lebih kuat, sedangkan mereka yang memiliki diacetate ethynodiol, norgestimate, dan desogestrel kurang bersifat androgenik. Pengobatan-pengobatan yang menyebabkan hyperprolactinemia juga dapat menyebabkan hirsutism.

6. Diagnosis Hirsutisme

Diagnosis hirsutisme dapat ditegakkan jika dilakukan pemeriksaan sesuai dengan algoritme yang telah ada. Tahap pertama berupa identifikasi adanya Hirsutisme tersebut. Pada beberapa kasus ditemukan karena adanya kelainan ovulasi. Walaupun secara klinis hal tersebut tidak diperhatikan oleh pasien. Sedangka pada kasus lain pasien datang dengan keluhan utama Hirsutisme, walaupun sebenarnya pertumbuhan rambut yang dia keluhkan masih dalam batas normal.

Jika Hirsutisme tersebut ditemukan namun tidak dikeluhkan oleh pasien , maka tidak perlu diberitahukan bahwa keadaan tersebut adalah abnormal, karena dapat menimbulkan masalah baru baginya. Hirsutisme dapat bersifat idiopatik, genetik ataupun familiar, sehingga riwayat perjalanan yang lengakap sangat diperlukan, khususnya saat dan kronologis terjadinya pertumbuhan rambut yang berlebihan. Pada wanita usia belasan tahun, ditentukan berapa usia menarchnya, adanya penyakit-penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga khususnya pertumbuhan rambut dalam keluarganya.

Pemeriksaan fisik ditujukan pada timbulnya hirsutisme dan menentukan kuantitasnya. Beberapa macam skala digunakan untuk menentukan riwayat hirsutisme. Disamping itu pemeriksa harus memperhatikan adanya akne dan virilasi serta membedakannya dengan hipertrikosis. Adanya hiperpigmentasi, acantosis nigrican merupakan pertanda insulin resisten dan sering bersamaan dengan sindroma PCO.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik adalah menentukan tinggi badan, berat badan dan tekanan darah. Parameter- parameter tersebut merupakan tanda adanya kelebihan androgen akibat defisiensi enzym adrenal. Pemeriksaan visual pada genetelia sksterna diperlukan untuk menentukan tanda-tanda dini dari virilasi.

Evaluasi yang adekuat dari hirsutisme memerlukan suatu metode. Sistim skoring semiobyektif merupakan metode yang sering dipakai,misalnya sistim Ferriman dan Gallwey. Batas skor yang dinyatakan sebagai hirsutisme adalah skor di atas 6. Diperlukan kerjasama dari pasien dalam menggunakan skala ini. Hasil skoring disimpan dalam file pasien, pada kunjungan berikutnya skoring dilakukan lagi untuk menilai perkembangan hirsutisme dari waktu ke waktu.

Pemeriksaan apa yang diperlukan pada pasien hirsutisme masih kontroversi. Beberapa klinisi berpendapat bahwa dengan adanya temuan klinis berupa kelainan ovulasi dan hirsutisme sudah dianggap cukup untuk memulai suatu pengobatan. Berlainan dengan klinisi lain yang merasa perlu melakukan pemeriksaan yang lebih kompleks. Jalan yang terbaik yang merupakan jalan tengah , yaitu melakukan pemeriksaan dengan mengutamakan keselamatan dan ditujukan untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi penatalaksanaannya.

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

A. Pemeriksaan produksi androgen

B. Pemeriksaan kelainan-kelainan medis yang menyertai

C. Pemeriksaan lainnya

Causes of Hirsutism, Associated Laboratory Findings, and Recommended Additional Testing

Diagnosis

Testosterone

17-OHP

LH/FSH

Prolactin

DHEAS

Cortisol

Additional testing

Congenital adrenal hyperplasia

Normal to increased

Increased

Normal/normal

Normal

Normalto increased

Normal to decreased

ACTH stimulation may be necessary to make diagnosis.

Polycystic ovary syndrome

Normal to increased

Normal

Normal to increased LH and decreased to normal FSH

Normal to increased

Normal to increased

Normal

Primarily a clinical diagnosis
Consider laboratory testing and ultrasonography of ovaries to rule out other disorders/tumors.
Consider screening lipids, glucose.

Ovarian tumor

Increased

Normal

Normal/normal

Normal

Normal

Normal

Ultrasonography or CT to image tumors

Adrenal tumor

Increased

Normal

Normal/normal

Normal

Increased

Normal to increased

Ultrasonography or CT to image tumors

Pharmacologic agents (exogenous)

Normal

Normal

Normal/normal

Normal

Normal

Normal

Withdrawal of offending agent recommended

Idiopathic

Normal

Normal

Normal/normal

Normal

Normal

Normal

Familial

Normal

Normal

Normal/normal

Normal

Normal

Normal

17-OHP = 17a-hydroxyprogesterone; LH = luteinizing hormone; FSH = follicle-stimulating hormone; DHEAS = dehydroepiandrosterone sulfate; ACTH = adrenocorticotropic hormone; CT = computed tomography.

Adapted with permission from Gilchrist VJ, Hecht BR. A practical approach to hirsutism. Am Fam Physician 1995;52:1841.

Untuk mengetahui produksi androgen terdapat beberapa cara. Testosteron total atau bebas dapat diukur. Pengukuran testosteron total dapat menggambarkan kelebihan androgen secara kasar, demikian juga dengan pengukuran DHEAS. Sedangkan pengukuran testosteron bebas akan lebih baik untuk membuktikan adanya kelebihan androgen. Secara klinis batas nilai normal testosteron bebas cukup besar, dalam pelaksanaan klinisnya. Sebagai alternatif lain adalah pengukuran SHBG.

Pemeriksaan tentang defisiensi enzim adrenal yang simpel adalah mengukur kadar 17-Hydroxyprogestrone pada sampel pagi hari. Untuk mengetahui adanya kelainan medis penyerta, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan ovulasi, disfungsi tiroid ataupun produksi prolaktin yang berlebihan, jika dari hasil anamnesis maupun pemeriksaan klinis didapatkan tanda-tanda kemungkinan adanya gangguan-gangguan tersebut.

Pasien dengan riwayat keluarga terdapat defisiensi enzim adrenal perlu diprioritaskan untuk dilakukan test provokasi adrenal. Pemeriksaan tambahan lain yang berguna untuk menentukan diagnosis akhir antara lain USG ovarium dan kelenjar-kelenjar adrenal, CT atau MRI adrenal.

7. Terapi

A. Metode Mekanik Penghilangan Rambut

B. Metode Farmakologi

  1. Pil kontrasepsi oral. Kontrasepsi oral akan menekan aktivitas varian androgen dan menambah sex hormone-binding globulin (SHBG), sehingga menurunkan testosteron bebas. Kontrasepsi oral yang mengandung norethisterone atau levonorgestrel hendaknya dihindari, karena berpotensi memperburuk hirsutisisme. Kombinasi antara pil kontrasepsi oral dengan anti-androgen cyproterone acetate (Dianette*) lebih efektif.
  2. Cyproterone acetate. Cyproterone acetate akan mengurangi hirsutisisme dengan dua cara. Zat ini merupakan antagonis reseptor androgen pada kulit dan juga memiliki aktivitas progestogen yang akan menghambat sekresi gonadotrophin, sehingga meningkatkan produksi ovarian androgen. Hal ini harus dilakukan pada suatu kontrasepsi efektif (biasanya pil kontrasepsi oral), karena paparan pada trimester pertama kehamilan dapat mengarah pada feminisasi fetus laki-laki. Cyproterone acetate dewasa ini digunakan di Eropa dan dijual sebagai kontrasepsi oral dengan nama Diane-35 atau Dianette (2 mg cyproterone acetate dan 35µg ethinylestradiol/tablet; Schering AG, Berlin, Germany) atau Androcur (50 mg/tablet, Schering AG, Berlin, Germany). Efek samping potensialnya meliputi hilangnya libido, berat badan turun, mudah lelah, payudara menjadi lembek, rasa tidak enak pada gastrointestinal, dan sakit kepala.
  3. Spironolactone. Spironolactone merupakan antagonis aldosterone oral dengan sifat anti-androgenic. Dengan peningkatan metabolic clearance dan pengurangan aktivitas 5-alpha-reductase kutan, terjadi pengurangan terhadap bioavailability testosterone. Hal ini terjadi dengan mengkomplekskan reseptor androgen intrasel, yang membentuk reseptor biologis tidak aktif. Karena efek diuretik potassium-sparing, tingkat potasium serum hendaknya dipantau pada awal perawatan.
  4. Flutamide. Flutamide adalah antiandrogen nonsteroid yang dapat mencegah kenaikan kadar androgen dan/atau menghambat ikatan nuclear pada struktur seks sekunder. Flutamide dengan reseptor androgen nuklear akan menjadi bentuk komplek yang tidak aktif. Ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa flutamide mempunyai keefektifan untuk pengobatan hirsutisme. Flutamide tidak mempunyai aktivitas glukokortikoid, P-like, androgenik atau antigonadotropik. Flutamide juga tidak mempunyai efek yang significant pada pulsasi LH atau terhadap respon LH dan FSH pada GnRH. Dilaporkan bahwa setelah pengobatan Flutamide selama 9 bulan atau 1 tahun dengan dosis yang sama menunjukkan hasil yang sama.
  5. Finasteride. Ini merupakan inhibitor 5-alpha-reductase, yang merupakan akibat mode aksi secara signifikan tetragenik (potensi feminisasi janin laki-laki), sehingga kontrasepsi efektif harus sering digunakan. Pemakaian finasteride hendaknya dibatasi hanya pada beberapa kasus parah saja, di bawah pengawasan pusat tersier. Pencegahan terjadinya stimulasi pertumbuhan rambut lebih lanjut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar